Pada Kesempatan ini, untuk kesekian kalinya saya akan berbagi mengenai pengalaman yang saya dapat saat bereksperimen dengan burung-burung koleksi saya maupun milik teman-teman saya yang bermasalah ataupun sakit.
Adapun pengalaman saya yang berkaitan dengan daun pecut kuda adalah demikian: Sekian bulan yang lalu, salah satu koleksi saya yang saya boyong dari daerah dingin (Batu-Malang) ke Sidoarjo ini mempunyai problem mata berair. Anehnya, masalah ini kadang muncul dan kadang tidak.
Berbagai obat sudah saya coba, mulai dari sp***ra, a**i s**t, berbagai merk obat mata dan lain-lain, tapi tak kunjung juga menunjukkan tanda2 membaik ataupun sembuh.
Pada saat itu saya mencoba berpikir keras dan menelaah problem mata ini, sehingga timbul kesimpulan bahwa hal ini dimungkinkan karena faktor radang sehingga sangat sulit disembuhkan.
Pada saat berpikir keras tersebutlah muncul suatu ide yang berawal dari satu memmory pada saat saya kecil dulu. Didepan rumah kami di malang, orang tua saya mempunyai tanaman pecut kuda, yang sering digunakan untuk mengobati kami bilamana kami menderita sakit radang bahkan tak hanya itu, beberapa orang sering meminta daun tersebut untuk mengobati sakit amandel yang sudah akut, bahkan sudah divonis harus operasi.
Akhirnya, saya mencari daun pecut kuda ini bahkan mencarinya tak tanggung-tanggung, yakni sampai ke Prigen-Pasuruan.
Metode Pengolahannya sebagai berikut :
1. Ambil segenggam daun pecut kuda.
2. Rebus dengan 2 gelas air
3. Biarkan hingga mendidih
4. Didihkan hingga air tersebut tinggal setengahnya saja.
5. Tiriskan airnya hingga betul-betul dingin
Cara Pengobatan :
1. Ganti air minum burung kesayangan kita dengan air rebusan pecut kuda ini.
2. Tetesi pada mata burung yang sakit tersebut sebanyak 3 tetes tiap pagi dan sore hari.
Pada kasus yang saya jumpai di atas, "burung" koleksi saya tersebut sembuh total pada hari ke empat.
Pada eksperimen yang lain, saya menjumpai bahwa air rebusan pecut kuda ini dapat pula diaplikasikan kepada burung-burung yang pada awalnya rajin berkicau lalu menjadi kurang rajin berintensitas ngocehnya kicau (berkurang frekuensi berkicaunya) padahal burung tersebut tidak atau belum mau mabung maupun nyulam maupun pada kasus suara serak atau kurang jernih.
Hal tersebut diatas dimungkinkan karena terlalu rajinnya burung tersebut berkicau tanpa mengenal waktu, sehingga mereka menderita radang tenggorokan atau tenggorokannya sakit yang membuatnya jadi kurang kurang rajin berkicau kembali.
Untuk kasus kurang rajin berkicau ataupun serak ini, air rebusan tersebut cukup diminumkan selama satu minggu berturut-turut.
by ;Istono Yuwono Rheistmara
No comments:
Post a Comment